Mendaki Gunung Dengan Aman

Kita mulai pembahasan ini dengan mengutip kalimat Gary P. Scot, seorang pendaki gunung profesional pemegang rekor pendakian tercepat Gunung McKinley di Alaska. Scot mengatakan  “MENDAKI GUNUNG sangat paralel dengan aspek kehidupan lain dan itulah alasan mengapa kita banyak belajar darinya. Selalu ada alasan mengapa orang suci selalu pergi ke gunung untuk menemukan makna hidup. Dan pengalaman saya di gunung telah mengajarkan saya sebuah cara unik untuk menghadapi apa yang dilemparkan kehidupan kepada saya”.


Foto Kegiatan Pramuka Unesa


Pengantar

Gunung dan segala aspek yang ada padanya merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh manusia. Terlebih bagi mereka yang sudah terbiasa hidup di dataran rendah. Itulah sebabnya, Anda memerlukan latihan dan perlengkapan yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di pegunungan.

Bukan ingin membuat pembaca takut lebih dulu, melainkan seorang pendaki perlu memahami kemungkinan bahaya (risiko) yang mungkin terjadi saat pendakian dilakukan. Bahaya pendakian gunung dapat digolongkan menjadi dua bagian, yakni bahaya subjektif dan bahaya objektif.

Bahaya subjektif merupakan bahaya yang datang dari diri Anda sendiri, hal ini lebih mudah diatasi karena Anda sendiri yang mengetahuinya. Bahaya subjektif antara lain dapat digali melalui pertanyaan berikut:

1)       Apakah Anda berada pada kondisi yang sehat atau cukup kuat?

2)       Seberapa siap mental Anda melakukan pendakian?

3)       Sudah merasa cukupkah pengetahuan Anda tentang pendakian dan alam bebas?

4)       dan beberapa hal lain terkait persiapan pribadi Anda.

Beberapa hal di atas sebenarnya dapat Anda permudah. Misalnya, untuk kesiapan fisik dapat diantisipasi dengan rajin berolahraga, belajar ilmu pengetahuan tentang hidup di alam bebas semisal navigasi, survival, pertolongan darurat, dan sebagainya merupakan bagian yang cukup penting untuk mendukung kesiapan Anda mendaki gunung. Jika tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup, maka jangan coba-coba untuk mendaki gunung seorang diri. Lebih baik, Anda mendaki bersama orang lain yang lebih berpengalaman.

Bahaya objektif atau bahaya yang berasal dari sifat alam itu sendiri merupakan bahaya di luar kemampuan anda dan tidak dapat anda ubah. Namun, Anda dapat meminimalisasi dampak dari bahaya tersebut dengan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Beberapa bahaya objektif diantaranya:

a)  Udara dan angin di pegunungan bisa menjadi bahaya bagi Anda pada situasi tertentu. Kesiapan perlengkapan dan kemampuan membaca kondisi alam akan sangat membantu dalam memperlancar kegiatan pendakian.

b)    Badai mungkin datang sewaktu-waktu tanpa Anda duga. Dukungan informasi tentang cuaca akan sangat membantu mengantisipasi keadaan tersebut.

c)   Kabut juga kemungkinan datang tiba-tiba dengan sangat tebal, sehingga mengurangi jarak pandang Anda. Perlengkapan yang tepat merupakan salah satu usaha untuk membantu pandangan Anda dalam kondisi kabut, misal dengan membawa senter dengan nyala kuning, bukan LED warna putih.

d)    Topografi medan pendakian yang terjal mungkin akan menghambat perjalanan Anda. Latihan fisik yang rutin dapat membantu Anda agar tangguh menghadapinya. Selain itu ketangguhan mental Anda juga diperlukan.

e)       Dan beberapa kondisi lain yang dapat diperkirakan kemungkinannya.

 

Beberapa hal tentang bahaya objektif di atas, kita sebagai manusia tidak dapat mengubahnya. Namun, kita dapat mengurangi dampak bahayanya dengan perencanaan dan persiapan yang tepat. Persiapan pertama, tentu saja persiapan kebugaran dan kesehatan jasmani. Hal ini dapat kita lakukan dengan dengan latihan fisik secara teratur sebelum kegiatan pendakian dilakukan. Anda dapat melakukan berjalan kaki dan joging secara rutin untuk membiasakan dengan situasi saat pendakian. Anda juga dapat menambah latihan mengangkat beban untuk memperkuat otot. Karena pendakian gunung memerlukan ketahanan Anda dalam berjalan dan mengangkat beban barang bawaan Anda. Persiapan kedua, Anda perlu membawa perlengkapan dan perbekalan yang tepat. Misalnya, membawa bekal air yang lebih dari cukup ketika mendaki pegunungan gundul, membawa jas hujan dan baju hangat ketika melakukan pendakian pada musim hujan, mencari informasi cuaca seputar daerah pendakian, dan lain-lain yang pada prinsipnya adalah melakukan persiapan yang tepat untuk situasi dan kondisi medan yang akan Anda tempuh.

Berikut akan diuraikan bentuk persipan yang lebih rinci, sebagai upaya melakukan pendakian gunung dengan aman dan menyenangkan.


Sebelum Pendakian.

1)  Rencanakan perjalanan Anda jauh-jauh hari, agar Anda mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan diri dengan baik.

2)   Cari informasi sebanyak mungkin mengenai daerah atau lokasi tujuan Anda. Informasi bisa Anda dapatkan dari buku, internet, majalah ataupun dari teman-teman Anda yang telah melakukan perjalanan ke tempat tersebut.

3)  Tentukan daerah atau lokasi yang menjadi tujuan perjalanan agar Anda bisa memperkirakan alokasi waktu perjalanan dan biaya yang harus dipersiapkan. Jangan melakukan pendakian hanya karena ikut-ikutan.

4)  Siapkan semua identitas diri. Dan jika perlu surat jalan dari kepolisian setempat untuk kegiatan yang sifatnya lebih besar, seperti ekspedisi.

5)  Persiapkan kondisi fisik Anda dengan rajin berolahraga sebelum melakukan perjalanan jauh. Misalnya jogging atau renang.

6)   Biasakan membawa alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting selama perjalanan.

7)   Tinggalkan pesan atau catatan kepada keluarga atau orang terdekat mengenai tempat yang akan Anda tuju.

8) Catatlah semua perlengkapan yang Anda bawa dengan membuat daftar perlengkapan (chek list) dan cek kembali sebelum berangkat.

9) Sesuaikan kapasitas perlengkapan dengan jangka waktu Anda saat melakukan perjalanan dan sesuaikan dengan kondisi daerah atau lokasi tujuan Anda, serta cuaca pada saat itu.

10)    Siapkan perlengkapan perjalanan Anda seperti pakaian dan peralatan untuk perjalanan atau sesuai dengan lokasi yang dituju. Jangan terlalu berlebihan atau kekurangan. Untuk melakukan pendakian, beban yang dibawa biasanya 1/3 dari berat tubuh Anda yaitu sekitar 15-20 kg.

11)   Dalam memilih barang yang akan dibawa mendaki, carilah selalu alat/perlengkapan yang berfungsi ganda. Tujuannya adalah untuk meringankan berat beban yang harus Anda bawa. Contoh: alumunium foil yang bisa dijadikan pengganti piring, untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat, sehingga tidak memakan tempat di ransel atau tas Anda.

12)  Selalu siapkan kantung-kantung plastik dalam carrier/backpack Anda, karena akan berguna sekali nanti sebagai tempat sampah yang harus Anda bawa turun, baju basah, dan lain sebagainya.

13)   Selalu gunakan kantong plastik untuk membungkus pakaian Anda agar tidak basah dan lembab.

14)   Gunakan kantong plastik utnuk mengatur barang di dalam carrier/backpack Anda atau dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya. Hal ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu Anda ingin memilih pakaian, makanan, dan sebagainya.

15)    Siapkan makanan dan air yang cukup, setidaknya untuk keperluan pribadi Anda.

16)   Apabila Anda pergi dengan grup atau rombongan, bagilah perlengkapan grup agar tidak rangkap. Hal ini juga memungkinkan grup Anda tidak terpisah, karena mencipatakan situasi saling membutuhkan satu sama lain.

17)   Membungkus ulang makanan yang Anda bawa seperti dalam kotak, botol dan kaleng kedalam kantong isi ulang atau kantong plastik. Tujuannya untuk mengurangi berat dan tepat pada saat melakukan packing.

18)  Siapkan persediaan makanan ekstra jika sewaktu-waktu terjadi cuaca buruk seperti alokasi waktu yang meleset.

19)     Selalu siapkan P3K atau First Aid Kit dalam tas Anda.

20)   Jangan pernah membiarkan barang-barang atau perlengkapan menggantung di luar carrier Anda, karena akan menyulitkan pergerakan sewaktu mendaki.

21)     Pikiran lain dapat Anda tambahkan di sini.


Selama Pendakian.

1) Laporkan kedatangan Anda kepada petugas atau aparat desa setempat mengenai maksud dan tujuan kedatangan Anda.

2)  Apabila sampai di lokasi, cari informasi mengenai situasi dan kondisi setempat pada tiga sampai tujuh hari terakhir. Termasuk kehidupan lainnya, seperti hewan. Informasi bisa Anda daptkan dari petugas jaga wana atau polisi hutan dan penduduk setempat.

3)  Anda juga bisa mencari informasi mengenai hal-hal atau kebiasaan penduduk setempat untuk menghindari konflik, dengan cara menghormati kebiasaan tersebut. Informasi bisa Anda daptkan dari petugas jaga wana, aparat setempat atau tokoh masyarakat.

4)  Ikutilah aturan-aturan yang sudah ditetapkan di lokasi-lokasi perjalanan (misalnya taman nasional), serta jangan merusak atau mengacaukan hal-hal yang sudah baku dan ditetapkan.

5)    Jangan merusak rambu-rambu atau shelter yang telah dibuat, karena akan merugikan Anda dan orang lain.

6)   Sebaiknya berjalan di gunung  dengan langkah-langkah kecil, karena langkah yang terlalu besar akan merusak keseimbangan tubuh.

7)    Dengan fisik yang baik, seorang pendaki gunung dapat berjalan 2-3 jam tanpa istirahat. Atau minimal berjalan 1 jam diselingi istirahat 10 menit sudah cukup baik.

8)  Ikuti jalan setapak yang sudah ada. Di gunung, jalan setapak biasanya berkelok-kelok mengikuti kontur alam, sehingga tidak terlalu menanjak. Tidak usah memotong jalan setapak yang berkelok-kelok itu. Lintasan biasanya curam. Lagipula, memotong jalan setapak tersebut dapat merusak jalan yang sudah ada. Tidak usah segan kembali turun dan memeriksa jalan setapak yang ada, seandainya lintasan di depan meragukan Anda.

9)    Lindungi diri dan kelompok Anda selama melakukan perjalanan.

10)  Lindungi alam atau lingkungan sekitar Anda dengan tidak merusak dan melakukan vandalisme (merusak batang pohon dengan menggunakan pisau) atau mencoret-coretnya dengan cat atau sejenisnya.

11)     Bawa selalu kembali barang-barang bawaan Anda yang menjadi sampah terutama barang-barang yang lama diurai seperti plastik dan sejenisnya.

12)  Simpanlah pakaian kotor dalam kantong tersendiri dan jangan mencampurnya dengan pakaian bersih, terutama pakaian yang basah dan berbau.

13)     Gunakan kembali kantong-kantong yang bisa dipakai ulang apabila memungkinkan.

14)   Berjalan dan berkemah pada jalur yang sudah ditentukan, terutama daerah yang telah ditetapkan sebagai taman nasional atau cagar alam.

15)     Gantilah pakaian yang Anda gunakan pada saat mendaki dengan pakaian yang bersih dan kering ketika akan tidur atau pada saat berkemah.

16)    Jangan terlalu dekat mendirikan tenda dengan aliran sungai, danau, dan sumber air lainnya. Sebisa mungkin hindari pencemaran. Dengan begitu, Anda juga memberikan kesempatan pada kehidupan liar untuk datang dan minum di sumber-sumber air tersebut. Selain itu, juga untuk melindungi Anda dari bahaya banjir karena naiknya permukaan air.

17)  Apabila meninggalakan areal perkemahan, selalu cek kembali lokasi tersebut sebelum Anda meninggalkannya. Usahakan tempat tersebut kembali seperti sedia kala sebelum Anda datang. Jangan meninggalkan apa pun di tempat tersebut, selain jejak kaki Anda.

18)   Berhati-hatilah apabila ingin membuat api unggun. Jika tidak perlu, sebaiknya tidak membuat api unggun. Gunakan batang atau ranting pohon yang telah roboh dan mati. Pastikan api unggun yang Anda buat telah padam sepenuhnya ketika Anda meninggalkannya.

19)     Jangan membuang kotoran ke sumber air.

20)  Kurangi dampak pencemaran dengan tidak mandi langsung di sungai atau sumber air lainnya apabila menggunakan sabun berbahan detergen.

21)     Pikiran lain dapat Anda tambahkan di sini.


Setelah Pendakian.

Bagi seorang Pramuka semua aktivitas adalah pembelajaran, tidak terkecuali pendakian gunung. Setelah mendaki gunung seorang Pramuka seyogyanya merefleksi proses pendakian yang telah dilaluinya, mencatat pengalaman-pengalaman positif yang kelak akan berguna bagi adik-adiknya dan orang lain. Sehingga, pendakian gunung tidak sekadar menjadi kegiatan hiburan. Tetapi, mampu menjadi salah satu proses pendewasaan diri bagi seorang Pramuka. Karena, rimba raya dan tingginya gunung merupakan sekolah yang luas bagi seorang Pramuka.


---------------------------------------------------------------------

Yang tak kasat mata

dari mendaki gunung ialah

“bahwa seorang Pramuka senantiasa

mengingat keagungan Tuhan”.

Dengan demikian ia menjadi pribadi

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.

---------------------------------------------------------------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APERSEPSI DALAM PELATIHAN

Sejarah Kepramukaan Dunia